Sejak kemunduran kekhalifahan Turki Utsmani
berbarengan dengan kebangkitan eropa, lambat
laun umat islam tersingkirkan. Di masa kolonialisme, kekayaan umat Islam
dirampas, alamnya dieksploitasi dan umat islam dijajah, bahkan di pecah menjadi
banyak negara. Akibatnya, kekuatan umat melemah. Lalu, sejak era modern,
kedzaliman demi kedzaliman bahkan semakin parah. Di berbagai belahan dunia, ketika
umat islam minoritas, tragedy genosida kerap terjadi. Seperti di Bosnia, China,
Rohingya dan Chechnya.
Lebih parah lagi, di negara yang mayoritas muslim
pun terjadi hal serupa. Palestina, Iraq, Afghanistan dan Suriah juga tak luput
dari kekejian musuh Islam. Lalu, bagaimana dengan Indonesia, yang merupakan
negara dengan populasi muslim terbanyak di Dunia?
Tak jauh berbeda, Muslim Indonesia juga kerap
menjadi sasaran ketidakadilan. Beberapa kasus mengindikasikan ketidak-berdayaan
Muslim Indonesia dalam menghadapi gempuran musuh. Stigma negative, fitnah keji,
konflik agama selalu mengorbankan kaum muslimin.
Namun demikian, Allah Subhanahu wata’ala rupanya
punya rencana. Dengan kuasa-Nya, Ia ‘membuka kedok’ Ahok saat berpidato di
Pulau seribu beberapa bulan lalu. Entah bagaimana ceritanya, pidato tersebut
menimbulkan reaksi dahsyat dari kaum muslimin Indonesia, sesuatu yang tak
pernah terduga. Aksi demi aksi menuntut keadilan terjadi. Termasuk aksi 212
yang dramatis nan fenomenal. Aksi yang menjadi titik balik umat Islam dalam
beragama. Spiritnya tetap menyala dan terus membesar.
Kini, semangat itu masih terjaga. Tapi, perlu
diingat, Istiqamah merupakan perkara sulit. Apalagi, penguasa menjadi
sandungan. Beberapa Ulama’ dikriminalisasi. Umat islam diadu. Hal-hal tersebut
bisa saja membuat umat lelah. Lelah dengan penjangnya perjuangan dan banyaknya
pengorbanan yang diperlukan.
Saling Menasehati
Jika dibiarkan, momentum berharga
ini akan lepas. Maka, diperlukan kesabaran dan solidaritas umat untuk sama-sama
menjaga. Allah SubhanahuWata’ala telah menyiratkan hal tersebut dalam surah
Al-Asr ayat 2-3, yang artinya: “Sesungguhnya manusia berada
dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.”
Pada intinya, sebagai makhluq yang
selalu khilaf dan lupa, saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran
sangat dibutuhkan. Dengan demikian, perjuangan panjang nan melelahkan ini tak
berakhir sia-sia, tapi membawa kemerdekaan sejati bagi kaum muslimin seluruh
dunia. Wallahua’lam bisshawab./Ibnu Sahza (Mahasiswa STAI Luqman Al Hakim Surabaya)
0 komentar:
Posting Komentar