Senin, 27 Februari 2017

Mengawal Momentum Kebangkitan


Sejak kemunduran kekhalifahan Turki Utsmani berbarengan dengan  kebangkitan eropa, lambat laun umat islam tersingkirkan. Di masa kolonialisme, kekayaan umat Islam dirampas, alamnya dieksploitasi dan umat islam dijajah, bahkan di pecah menjadi banyak negara. Akibatnya, kekuatan umat melemah. Lalu, sejak era modern, kedzaliman demi kedzaliman bahkan semakin parah. Di berbagai belahan dunia, ketika umat islam minoritas, tragedy genosida kerap terjadi. Seperti di Bosnia, China, Rohingya dan Chechnya.
Lebih parah lagi, di negara yang mayoritas muslim pun terjadi hal serupa. Palestina, Iraq, Afghanistan dan Suriah juga tak luput dari kekejian musuh Islam. Lalu, bagaimana dengan Indonesia, yang merupakan negara dengan populasi muslim terbanyak di Dunia?
Tak jauh berbeda, Muslim Indonesia juga kerap menjadi sasaran ketidakadilan. Beberapa kasus mengindikasikan ketidak-berdayaan Muslim Indonesia dalam menghadapi gempuran musuh. Stigma negative, fitnah keji, konflik agama selalu mengorbankan kaum muslimin.
Namun demikian, Allah Subhanahu wata’ala rupanya punya rencana. Dengan kuasa-Nya, Ia ‘membuka kedok’ Ahok saat berpidato di Pulau seribu beberapa bulan lalu. Entah bagaimana ceritanya, pidato tersebut menimbulkan reaksi dahsyat dari kaum muslimin Indonesia, sesuatu yang tak pernah terduga. Aksi demi aksi menuntut keadilan terjadi. Termasuk aksi 212 yang dramatis nan fenomenal. Aksi yang menjadi titik balik umat Islam dalam beragama. Spiritnya tetap menyala dan terus membesar.
Kini, semangat itu masih terjaga. Tapi, perlu diingat, Istiqamah merupakan perkara sulit. Apalagi, penguasa menjadi sandungan. Beberapa Ulama’ dikriminalisasi. Umat islam diadu. Hal-hal tersebut bisa saja membuat umat lelah. Lelah dengan penjangnya perjuangan dan banyaknya pengorbanan yang diperlukan.
Saling Menasehati
            Jika dibiarkan, momentum berharga ini akan lepas. Maka, diperlukan kesabaran dan solidaritas umat untuk sama-sama menjaga. Allah SubhanahuWata’ala telah menyiratkan hal tersebut dalam surah Al-Asr ayat 2-3, yang artinya: “Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.”
            Pada intinya, sebagai makhluq yang selalu khilaf dan lupa, saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran sangat dibutuhkan. Dengan demikian, perjuangan panjang nan melelahkan ini tak berakhir sia-sia, tapi membawa kemerdekaan sejati bagi kaum muslimin seluruh dunia. Wallahua’lam bisshawab./Ibnu Sahza (Mahasiswa STAI Luqman Al Hakim Surabaya)


0 komentar:

Posting Komentar