Anak muda zaman sekarang mana sih yang tidak tahu istilah Valentine Day? Begitulah kira-kira bunyi pertanyaan yang pertanyaan tersebut bukan untuk dijawab. Bagaimana tidak, sebuah tren yang sangat booming di kalangan anak muda seluruh dunia ini tidak dikenal. Karena setiap tahunnya selalu dirayakan dan diidesain semenarik mungkin khususnya bagi anak muda-mudi. Dan bagi mereka muda-mudi yang ‘berpasangan’, Valentine Day adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu. Karena momen itu diyakini sebagai waktu yang begitu istimewa bersama pasangan.
Namun dibalik itu semua, yang menjadi problematik Valentine Day memiliki dampak yang sangat buruk dan merusak bagi muda-mudi khususnya yang beragama Islam. Mengapa? Karena sudah pasti melakukan kemaksiatan memiliki konsekuensi berupa dosa bagi pelakunya. Ditambah lagi dengan ‘ikut-ikutan’ merayakan Valentine Day yang merupakan tradisi orang kafir dan jahiliyah.
Sejarah Mulanya
Mulanya perayaan Valentine Day adalah ritual yang dilakukan kaum Paganisme di Roma, yang dinamakan Lupercalian. Lupercalian adalah perayaan yang dilaksanakan pada hari kasih sayang, yang dipersembahkan kepada Dewa ‘kasih sayang’ yaitu Lupercalia atau Lupercus.
Perayaan Lupercalian dilakukan tanggal 13-18 Februari setiap tahunnya. Sebagai tanda kasih sayang, salah satu ritual Lupercalian adalah dimana laki-laki dan perempuan muda dikumpulkan di sebuah Kuil oleh pendeta. Kemudian mereka dipisah dalam dua barisan menghadap altar –meja tempat kurban-. Semua nama perempuan ditulis dalam lembaran-lembaran kecil, satu lembaran berisi satu nama. Lembaran-lembaran berisikan nama tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kendi.
Setelah itu sang pendeta memanggil satu persatu pemuda untuk mengambil satu lembaran tersebut secara acak, hingga semua pemuda mendapatkan masing-masing satu lembaran. Setiap nama perempuan yang terambil, maka perempuan tersebut harus bersedia menjadi kekasih bagi laki-laki yang mendapatkan namanya. Dan berkewajiban untuk melayani segala apa yang diinginkan oleh sang lelaki tersebut selama setahun hingga ritual Lupercalian tahun berikutnya.
Pada tahun 270 Masehi, Kekaisaran Roma berupaya memperkuat militernya untuk melindungi wilayah teritorialnya dari ancaman musuh. Kaisar Claudius II pun mewajibkan para pemuda ikut militer serta melarang melakukan pertunangan dan perkawinan. Tersebab Kaisar menganggap keduanya sebagai penyebab keengganan para pemuda untuk berperang, disebabkan kekasih, istri, anak, serta keluarga yang ditinggalkan.
Tetapi diam-diam seorang uskup bernama Santo Valentine membantu pemuda yang sedang jatuh cinta dan ingin menikah. Lantas ia menolong pemuda yang akan menikah itu lalu memberkatinya di tempat tersembunyi. Akan tetapi usaha sembunyi-sembunyi St. Valentine itu akhirnya ketahuan juga dan sampai ke telinga Kaisar Claudius II. Murka dengan perbuatan yang dinilai melemahkan kekuatan militer, Kaisar pun menghukum mati St. Valentine dengan hukuman pancung. Tepatnya pada tanggal 14 Februari 278 M.
Selanjutnya pada tahun 496 Masehi, Kaisar yang berkuasa saat itu adalah Paus Gelasius membuat keputusan dengan menghentikan perayaan Lupercalian. Tapi sebagai gantinya, ia kemudian mendeklarasikan tanggal 14 Februari sebagai hari kasih sayang. Alasan memilih tanggal tersebut karena tergugah dari kisah St. Valentine yang begitu besar perhatiannya kepada pemuda-pemudi yang saling mencintai.
Atas dasar itulah istilah dan waktu perayaan Valentine Day bermula. Sebagai tanda penghormatan terhadap sosok pahlawan pembela atas nama cinta.
Itulah sekelumit sejarah dari perayaan bernama Valentine Day ,terlepas benar atau tidaknya. Perayaan yang dianggap sebagai lambang kemodernan, lambang kasih sayang, lambang cinta sejati. Sehingga menjadi mindset di benak muda-mudi zaman kini bahwa tidak modern, tidak kasih sayang, bukan cinta sejati kalau tidak ikut merayakan Valentine Day.
Tidak sedikit dari teman bahkan sanak family kita sendiri yang ‘terjebak’ dalam lubang kejahiliyahan ini, padahal mereka beragama Islam. Tentu ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan keimanan mereka. Tapi di antara mereka tidak sedikit juga yang sudah tahu bahwa Valentine Day adalah tradisi orang kafir, namun pengetahuan mereka tertutupi oleh nafsu syahwat yang menguasai diri mereka.
‘Terjebak’ pada tradisi Valentine Day ini, maka termasuklah ke dalam golongan sebagaimana yang disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad Saw;
من تشبه بقوم فهو منهم (رواه أبو دود)
“Barangsiapa yang menyerupai daripada suatu kaum maka dia termasuk dari kaum tersebut”. (HR. Abu Dawud)
Bentuk-bentuk daripada tasyabbuh -meyerupai orang kafir– Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan dalam Iqtidha’ Ash Shirathal Mustaqim, salah satunya adalah mengerjakan sesuatu karena orang non-muslim mengerjakannya.
Berdasarkan hadits dan penjelasan mengenai tasyabbuh diatas, sudah selayaknya kita sebagai mukmin merasa ngeri akan konsekuensi daripada meyerupai, mencontohi, dan mengikuti kebiasaan orang kafir. Karena dengan itu seseorang akan menjadi bagian daripada orang kafir tersebut, sehingga memberikan dampak besar dengan ternodainya akidah keislamannya.
Ayo Tolak!
Kita sebagai generasi Muntazhor Az zaman, -generasi yang ditunggu-tunggu oleh zaman untuk membawa kemaslahatan bagi seluruh alam- harus menolak tradisi Valentine Day yang telah didesain guna melemahkan generasi muda Islam.
Karena dengan tradisi Valentine Day dan sejenisnya generasi Islam akan lemah ghiroh juangnya, bermental hedonisme, dan kehilangan visi hidup. Sehingga tidak jelas kemana arah tujuan generasi Islam kedepan. Dengan kondisi seperti itu, maka orang-orang kafir mendapat keuntungkan yang besar demi memuluskan misi mereka.
Oleh karenanya penulis mengajak generasi muda muslim terkhusus para santri, agar tidak ikut-ikutan tradisi orang kafir ini. Mari kita sama-sama membuka mata, hati, dan pikiran akan besarnya konsekuensi, bahaya, dan daya rusak dari tradisi Valentine Day. So, Say NO to Valentine Day! Wallahul musta’an[] Ibnu Husayn