Senin, 27 Februari 2017

Mengawal Momentum Kebangkitan


Sejak kemunduran kekhalifahan Turki Utsmani berbarengan dengan  kebangkitan eropa, lambat laun umat islam tersingkirkan. Di masa kolonialisme, kekayaan umat Islam dirampas, alamnya dieksploitasi dan umat islam dijajah, bahkan di pecah menjadi banyak negara. Akibatnya, kekuatan umat melemah. Lalu, sejak era modern, kedzaliman demi kedzaliman bahkan semakin parah. Di berbagai belahan dunia, ketika umat islam minoritas, tragedy genosida kerap terjadi. Seperti di Bosnia, China, Rohingya dan Chechnya.
Lebih parah lagi, di negara yang mayoritas muslim pun terjadi hal serupa. Palestina, Iraq, Afghanistan dan Suriah juga tak luput dari kekejian musuh Islam. Lalu, bagaimana dengan Indonesia, yang merupakan negara dengan populasi muslim terbanyak di Dunia?
Tak jauh berbeda, Muslim Indonesia juga kerap menjadi sasaran ketidakadilan. Beberapa kasus mengindikasikan ketidak-berdayaan Muslim Indonesia dalam menghadapi gempuran musuh. Stigma negative, fitnah keji, konflik agama selalu mengorbankan kaum muslimin.
Namun demikian, Allah Subhanahu wata’ala rupanya punya rencana. Dengan kuasa-Nya, Ia ‘membuka kedok’ Ahok saat berpidato di Pulau seribu beberapa bulan lalu. Entah bagaimana ceritanya, pidato tersebut menimbulkan reaksi dahsyat dari kaum muslimin Indonesia, sesuatu yang tak pernah terduga. Aksi demi aksi menuntut keadilan terjadi. Termasuk aksi 212 yang dramatis nan fenomenal. Aksi yang menjadi titik balik umat Islam dalam beragama. Spiritnya tetap menyala dan terus membesar.
Kini, semangat itu masih terjaga. Tapi, perlu diingat, Istiqamah merupakan perkara sulit. Apalagi, penguasa menjadi sandungan. Beberapa Ulama’ dikriminalisasi. Umat islam diadu. Hal-hal tersebut bisa saja membuat umat lelah. Lelah dengan penjangnya perjuangan dan banyaknya pengorbanan yang diperlukan.
Saling Menasehati
            Jika dibiarkan, momentum berharga ini akan lepas. Maka, diperlukan kesabaran dan solidaritas umat untuk sama-sama menjaga. Allah SubhanahuWata’ala telah menyiratkan hal tersebut dalam surah Al-Asr ayat 2-3, yang artinya: “Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.”
            Pada intinya, sebagai makhluq yang selalu khilaf dan lupa, saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran sangat dibutuhkan. Dengan demikian, perjuangan panjang nan melelahkan ini tak berakhir sia-sia, tapi membawa kemerdekaan sejati bagi kaum muslimin seluruh dunia. Wallahua’lam bisshawab./Ibnu Sahza (Mahasiswa STAI Luqman Al Hakim Surabaya)


Globalisasi dan Santri



Salah satu isu utama yang diperbincangkan di era ini adalah globalisasi. Sejak era millenium, fenomena ini menerobos ‘benteng’ setiap negara. Khususnya di negeri-negeri kaum muslimin, ia dianggap sebagai ancaman bagi identitas serta eksistensi muslimin.
Globalisasi adalah sistem yang menghendaki terciptanya dunia tanpa ‘hijab’. Seluruh negara tersambung (connected) dengan alasan modernisasi tanpa bisa menolak. Pada tahap inilah, negara-negara super power yang menguasai media melancarkan aksinya. Yaitu propaganda secara massif dengan memanfaatkan jaringan media internasional seperti televisi dan internet.
Usaha mereka cepat membuahkan hasil. Hampir seluruh negara merasakan dampaknya. Dekadensi moral, khususnya pada pemuda muslim sudah terjadi. Berbagai kasus amoral menghiasi tv nasional dan koran-koran. Sementara pemimpinnya tak berdaya. Bahkan beberapa bulan lalu, presiden Indonesia menyatakan bahwa negara ini  sedang darurat narkoba. Berbagai pakar sebelumnya juga menyatakan pemuda saat ini sedang darurat moral.
Peran Santri
 Indonesia yang dikenal sebagai negara mayoritas muslim merupakan ‘sarang’ para santri. Terdapat ribuan pesantren sebagai wadah mereka yang  masih dianggap steril dalam menghadapi gempuran globalisasi. Sejarah santri sendiri terbilang heroik. Mereka telah berperan dalam memerdekakan, mempertahankan kemerdekaan, serta membangun Indonesia.
Lebih dari itu, santri merupakan aset bangsa yang secara kuantitas sangatlah banyak. Secara kualitas juga tak kalah dari yang lain. Sayangnya, santri belum banyak berperan dalam bidang selain keagamaan. Bahkan pemikiran bahwa santri hanya cocok menjadi kyai, ustadz, guru agama, atau pengurus pesantren sepertinya membuat mereka tak peduli dengan hal lain. Padahal, Islam adalah way of life.
Sebenarnya, akar pemikiran tersebut merupakan sekularisme yang berusaha memisahkan agama dari urusan negara atau public. Dengan demikian, negara akan dipimpin oleh orang yang tak mengerti agama.
Disinilah santri seharusnya mengambil peran. Untuk bertahan serta menjaga umat di zaman globalisasi, tidak cukup hanya dengan faqqihu fiiddin. Namun juga mengerti strategi, kekuasaan, serta mahir dibidang IPTEK. Itulah tuntutan globalisasi.
Bagaimanapun, santri diharapkan menjawab persoalan bangsa yang semakin memburuk. Khususnya yang berumur sekitar 18-25 tahun, perlu disiapkan demi menyambut seabad kemerdekaan Indonesia dengan asumsi yang akan memimpin Indonesia saat itu berumur sekitar 40 hingga 50 tahun.
Dengan adanya hari santri, seyogyanya menjadi momentum untuk menguatkan peran santri dibidang yang “belum terjamah” . Santri seharusnya melihat agama secara universal dan tak terjebak pada pemikiran sekuler. Sehingga akan lahir umara yang ulama, ekonom yang ulung lagi sholeh, negarawan yang jujur, penegak hukum yang adil bahkan ilmuan yang faqqihu fiddin.[] Ibnu Sahza

Minggu, 19 Februari 2017

Sabtu, 18 Februari 2017

Senin, 13 Februari 2017

GAME, BIKIN TERBUAI, LALAI, AKIDAH TERBENGKALAI


Game adalah permainan terpopuler masa kini. Mulai dari anak-anak hingga remaja.  Bahkan yang dewasa pun ada. Game seolah-olah menjadi bagian dari hidup para gamers. Mereka akan memelototi monitor yang menampilkan berbagai permainan. 
            Ada berbagai macam game, dari yang kecil seperti game di HP sampai yang besar yang terparkir di Game Center, dimana pusat segala macam game berkumpul. Cara memainkannya harus memasukkan koin tertentu ke tempat yang tersedia. Setelah itu mereka bisa memainkannya sesuai ketentuan game. Memang terlihat mengasyikkan dan seru, apalagi game yang memacu adrenalin, pasti membuat jiwa menjadi tegang bagi pecinta game tersebut.
            Namun, tahukah Anda, jika terlalu lama memainkannya, bisa berakibat candu bagi setiap gamers. Game akan men-sugesti otak terus menerus hingga merasa bosan dan badan merasa kelelahan. Dan pada akhirnya kita akan menghentikan permainan tersebut, namun keesokan harinya kita akan memainkannya lagi.
            Para gamers sejati, mereka dapat memainkannya hingga berjam-jam. Mereka seolah-olah terhipnotis dan melupakan segala aktifitas di sekeliling mereka. Mereka berpikir bahwa saat itu hanya dia dan game saja yang bermain. Mereka akan terus memainkan game-game yang ada, mencobanya satu per satu tiap game-game yang tersedia hingga selesai. Bahkan mereka bisa saja mengulanginya lagi jika merasa kurang puas akan permainan sebelumnya. Mereka akan terus memainkannya hingga lupa akan segalanya, lupa akan mandi, makan, minum bahkan tidak menutup kemungkinan lupa akan sholat. Astaghfirullah!!
            Benar, dampak negatif bermain game yang membahayakan adalah lupa waktu hingga lupa segalanya. Sholat yang menjadi kewajiban utama umat islam pun harus terpakasa ditinggal akibat terbuai oleh game yang bahkan tak dapat menolong mereka di akhirat kelak. Namun sepertinya bagi para gamers yang sudah sangat kecanduan, mereka tidak lagi meninggalkan sholat dengan terpaksa, namun mereka akan sukarela meniggalkannya.
            Akibat terlalu terbuai oleh game, banyak tugas sekolah yang tertinggal, PR, makalah dll. Produktifitas pun akhirnya terganggu. Mereka menganggap tugas tersebut sebagai sampingan belaka dan menganggap game lah yang paling utama. Mereka lebih senang menunda-nunda pekerjaan hingga pekerjaan tersebut terbengkalai hingga mereka lupa jika mereka memiliki tugas yang belum terselesaikan. Mungkin semboyan “untuk apa dikerjakan sekarang jika besok masih ada waktu” sangat berlaku bagi mereka.
            Tahukah anda, bahwa tidak semua game itu bernuansa positif. Mungkin sebagian orang yang belum tahu menahu hanya menganggap game hanyalah perminan anak yang tidak perlu dikhawatirkan. Mereka salah!.Seiring perkembangan zaman game yang awal mulanya hanyalah permainan anak-anak pun mengalami kenaikan rating usia. Sekarang banyak sekali game yang bernuansa pornografi tersebar luas di internet. Bahkan game-game tersebut dapat di download dengan mudah menggunakan aplikasi tertentu.
            Selain game yang bernuansa pornografi, juga ada game yang dicptakan untuk mengolok atau melecehkan pihak-pihak tertentu, misalnya agama. Islam paling sering menjadi objek hinaan bagi dunia barat. Banyak sekali game-game buatan barat yang bertujuan melecehkan islam. Biasanya dalam game tersebut diselipkan simbol-simbol yang berhubungan dengan islam, semisal lafaz Allah. Dalam game tersebut biasanya yang menjadi target untuk dihancurkan ialah islam. Game tersebut paling banyak buatan dari musuh islam yang kebanyakan dari kalangan yahudi dan nasrani.
            Saat ini, game online telah merajalela di internet. Anak-anak dan orang dewasa banyak yang mamainkannya. jadi tidak menutup kemungkinan, jika anak-anak juga sering memainkan game-game yang bernuansa dewasa. Pikiran mereka yang masih polos dan bersih pun akhirnya terkotori oleh game-game yang tak selayaknya mereka mainkan. Jangan sampai karena game tersebut para generasi muda lupa akan akidah mereka.
            Lalu apa  yang harus dilakukan?, kembali lagi kepada peraanan orang tua, orang tua sangat berperan penting dalam perkembangan anak. Biasanya anak yang kurang dapat perhatian dari orang tuanya akan mencari perhatian di luar rumah. Untuk itu orang tua harus lebih sering meluangkan waktu untuk anak mereka, terutama para remaja. Masa remaja adalah masa dimana para remaja mencari identitas mereka. Mereka sering disebut ABABIL alias ABG Labil.
            Orang tua harus lebih sering meluangkan waktu dengan anak-anak mereka. Ajaklah anak-anak untuk melakukan aktifitas yang berguna sebagai pengisi kekosongan anak agar tidak keluyuran keluar rumah. Tanamkan lagi norma-norma dalam diri anak terutama norma agama sejak dini sebagai benteng pertahanan diri dari dunia luar yang menggoda.
            Boleh kita bermain game, namun jadikanlah game itu sebagai hiburan selingan semata. Jangan sampai game yang sepantasnya menjadi hiburan tambahan semata berubah menjadi kebutuhan primer dalam hidup. Menjadi kewajiban yang bahkan mengalahkan kewajiban yang lain, bahkan kewajiban kepada tuhan. Semoga Allah selalu melindungi kita dari tipu daya dan godaan dunia ini. Amiiiin/Ashlih Maulana S

Rabu, 08 Februari 2017

Say No to Valentine Day!

Anak muda zaman sekarang mana sih yang  tidak tahu istilah Valentine Day? Begitulah kira-kira bunyi pertanyaan yang pertanyaan tersebut bukan untuk dijawab. Bagaimana tidak, sebuah tren yang sangat booming di kalangan anak muda seluruh dunia ini tidak dikenal. Karena setiap tahunnya selalu dirayakan dan diidesain semenarik mungkin khususnya bagi anak muda-mudi. Dan bagi mereka muda-mudi yang ‘berpasangan’, Valentine Day adalah momen yang  sangat ditunggu-tunggu. Karena momen itu diyakini sebagai waktu yang begitu istimewa bersama pasangan.
Namun dibalik itu semua, yang menjadi problematik Valentine Day memiliki dampak yang sangat buruk dan merusak bagi muda-mudi khususnya yang beragama Islam. Mengapa? Karena sudah pasti melakukan kemaksiatan memiliki konsekuensi berupa dosa bagi pelakunya. Ditambah lagi dengan ‘ikut-ikutan’ merayakan Valentine Day yang merupakan tradisi orang kafir dan jahiliyah.

Sejarah Mulanya
Mulanya perayaan Valentine Day adalah ritual yang dilakukan kaum Paganisme di Roma, yang dinamakan Lupercalian. Lupercalian adalah perayaan yang dilaksanakan pada hari kasih sayang,  yang dipersembahkan  kepada Dewa ‘kasih sayang’ yaitu Lupercalia atau Lupercus.
Perayaan Lupercalian dilakukan tanggal 13-18 Februari setiap tahunnya. Sebagai tanda kasih sayang, salah satu ritual Lupercalian adalah dimana laki-laki dan perempuan muda dikumpulkan di sebuah Kuil oleh pendeta. Kemudian mereka dipisah dalam dua barisan menghadap altar –meja tempat kurban-. Semua nama perempuan ditulis dalam lembaran-lembaran kecil, satu lembaran berisi satu nama. Lembaran-lembaran berisikan nama tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kendi.
Setelah itu sang pendeta memanggil satu persatu pemuda untuk mengambil satu lembaran tersebut secara acak, hingga semua pemuda mendapatkan masing-masing satu lembaran. Setiap nama perempuan yang terambil, maka perempuan tersebut harus bersedia menjadi kekasih bagi laki-laki yang mendapatkan namanya. Dan berkewajiban untuk melayani segala apa yang diinginkan oleh sang lelaki tersebut selama setahun hingga ritual Lupercalian tahun berikutnya.
Pada tahun 270 Masehi, Kekaisaran Roma berupaya memperkuat militernya untuk melindungi wilayah teritorialnya dari ancaman musuh. Kaisar Claudius II pun mewajibkan para pemuda ikut militer serta melarang melakukan pertunangan dan perkawinan. Tersebab  Kaisar menganggap keduanya sebagai penyebab keengganan para pemuda untuk berperang, disebabkan kekasih, istri, anak, serta keluarga yang ditinggalkan.
Tetapi diam-diam seorang uskup bernama Santo Valentine membantu pemuda yang sedang jatuh cinta dan ingin menikah. Lantas ia menolong pemuda yang akan menikah itu lalu memberkatinya di tempat tersembunyi. Akan tetapi usaha sembunyi-sembunyi St. Valentine itu akhirnya ketahuan juga dan sampai ke telinga Kaisar Claudius II. Murka dengan perbuatan yang dinilai melemahkan kekuatan militer, Kaisar pun menghukum mati St. Valentine dengan hukuman pancung. Tepatnya pada tanggal 14 Februari 278 M.
Selanjutnya pada tahun 496 Masehi, Kaisar yang berkuasa saat itu adalah Paus Gelasius membuat keputusan dengan menghentikan perayaan Lupercalian. Tapi sebagai gantinya, ia  kemudian mendeklarasikan tanggal 14 Februari sebagai hari kasih sayang. Alasan memilih tanggal tersebut karena tergugah dari kisah St. Valentine yang begitu besar perhatiannya kepada pemuda-pemudi yang saling mencintai.
Atas dasar itulah istilah dan waktu perayaan Valentine Day bermula. Sebagai tanda penghormatan terhadap sosok pahlawan pembela atas nama cinta.
Itulah sekelumit sejarah dari perayaan bernama  Valentine Day ,terlepas benar atau tidaknya. Perayaan yang dianggap sebagai lambang kemodernan, lambang kasih sayang, lambang cinta sejati. Sehingga menjadi mindset di benak muda-mudi zaman kini bahwa tidak modern, tidak kasih sayang, bukan cinta sejati kalau tidak ikut merayakan Valentine Day.
Tidak sedikit dari teman bahkan sanak family kita sendiri yang ‘terjebak’ dalam lubang kejahiliyahan ini, padahal mereka beragama Islam. Tentu ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan keimanan mereka. Tapi di antara mereka tidak sedikit juga yang sudah tahu bahwa Valentine Day adalah tradisi orang kafir, namun pengetahuan mereka tertutupi oleh nafsu syahwat yang menguasai diri mereka.
‘Terjebak’ pada tradisi Valentine Day ini, maka termasuklah ke dalam golongan sebagaimana yang disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad Saw;
من تشبه بقوم فهو منهم (رواه أبو دود)

Barangsiapa yang menyerupai daripada suatu kaum maka dia termasuk dari kaum tersebut”. (HR. Abu Dawud)
Bentuk-bentuk daripada tasyabbuh -meyerupai orang kafir– Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan dalam Iqtidha’ Ash Shirathal Mustaqim, salah satunya adalah mengerjakan sesuatu karena orang non-muslim mengerjakannya.
Berdasarkan hadits dan penjelasan mengenai tasyabbuh diatas, sudah selayaknya kita sebagai mukmin merasa ngeri akan konsekuensi daripada meyerupai, mencontohi, dan mengikuti kebiasaan orang kafir. Karena dengan itu seseorang akan menjadi bagian daripada orang kafir tersebut, sehingga memberikan dampak besar dengan ternodainya akidah keislamannya.

Ayo Tolak!
Kita sebagai generasi Muntazhor Az zaman, -generasi yang ditunggu-tunggu oleh zaman untuk membawa kemaslahatan bagi seluruh alam- harus menolak tradisi Valentine Day yang telah didesain guna melemahkan generasi muda Islam.
Karena dengan tradisi Valentine Day dan sejenisnya generasi Islam akan lemah ghiroh juangnya, bermental hedonisme, dan kehilangan visi hidup. Sehingga tidak jelas kemana arah tujuan generasi Islam kedepan. Dengan kondisi seperti itu, maka orang-orang kafir mendapat keuntungkan yang besar demi memuluskan misi mereka.

Oleh karenanya penulis mengajak generasi muda muslim terkhusus para santri, agar tidak ikut-ikutan tradisi orang kafir ini. Mari kita sama-sama membuka mata, hati, dan pikiran akan besarnya konsekuensi, bahaya, dan daya rusak dari tradisi Valentine Day. So, Say NO to Valentine Day! Wallahul musta’an[] Ibnu Husayn

Senin, 06 Februari 2017

Tegas atau Tergilas



Habib Rizieq Shihab, siapa yang tidak familiar dengan nama itu?. Apalagi, beberapa pekan terakhir, namanya terus menghiasi media, elektronik maupun cetak, walau dengan pemberitaan negative. Ketua FPI pusat ini telah berkali-kali dipanggil polisi, bahkan pernah dipenjara. Itu semua karena ketegasannya dalam memberantas kemungkaran. Banyak yang suka dengan beliau namun banyak juga yang menbenci.
Sayangnya, sebagian orang yang membenci juga termasuk umat Islam, bahkan beberapa diantaranya tokoh yang dikenal di tengah masyarakat. Menurut mereka, HBS – begitu biasa ia disebut – tak mencerminkan seorang ulama. Alasannya,  ia orang yang kasar dan bertolak belakang dengan gaya dakwah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasalam yang penuh dengan kelembutan.
Memang, dalam berbagai kesempatan ceramah atau orasi, HBS selalu menampilkan ketegasan terhadap kemungkaran dan ketidakadilan yang diterima umat Islam. Namun, hal itu tidak bisa menjadi alasan untuk menyalahkannya. Karena dalam Islam, ketegasan kepada perbuatan buruk dan merugikan umat adalah keharusan. Hal itu dikenal dengan istilah nahi mungkar.
Bahkan dalam salah satu ayat Al Qur’an, Allah menyeru umat muslim agar tegas kepada kaum kafirin. Karena mereka sesungguhnya membenci kaum muslimin. Mereka tidak akan kecuali umat Nabi Muhammad mengikuti ajaran mereka. Saat ini, hal tersebut benar-benar terbukti. Al-Qur’an beberapa kali dinistakan. Ajaran islam mereka larang. Umat islam mereka bohongi bahkan ulama mereka habisi dan bully di medsos. Mereka adalah jenis manusia yang suka berkhianat dan mementingkan nafsu duniawi.
Itulah mengapa, dalam perang khaibar, Rasulullah SAW memerintahkan pasukannya untuk membunuh seluruh kaum kafir (Yahudi) laki-laki. Itu semua beliau lakukan dengan berbagai pertimbangan. Nabi tidak ingin orang-orang kafir tersebut menjadi kuat lalu menghabisi kaum muslimin.
Dan itulah yang dilakukan seorang Habib Rizieq Shihab. Ia percaya kepada Al-Qur’an dan Rasulullah SAW tentang bahaya yang mengancam jika tidak tegas kepada kaum kuffar. Walaupun harus menghadapi ancaman dari pembencinya. Yang demikian dialami oleh para pendakwah sejati. Wallahu A’lam.[] Muh. Faruq

Grup Medsos dan Solidaritas Kesukuan





Beberapa tahun tarakhir, tren ber-medsos tampaknya semakin meningkat. Salah satu yang paling banyak diminati adalah whatsup. Pasalnya, aplikasi ini memungkinkan pengguna membuat grup untuk saling memberi dan menerima informasi. Ide ini disambut gembira oleh masyarakat modern. Dengan peluang tersebut, komunikasi kelompok akan terus berjalan walau masing-masing terpisah jarak yang jauh. Tidak hanya itu, hadirnya aplikasi seperti ini juga membuat koordinasi sebuah organisasi semakin lancar dan cepat.
Namun demikian, hadirnya medsos seperti ini bukan tanpa masalah. Dahlan Iskan dalam sebuah tulisannya bahkan menyinggung hal ini sebagai media yang melahirkan suku-suku modern. Tampaknya, pandangan tersebut bukan tanpa alasan. Faktanya, sebuah grup medsos kerap kali dijadikan media propaganda untuk menyerang kelompok lain. Juga menyebarkan hoax yang menguntungkan kelompoknya.  Bahkan menjadi tempat mengagung-gungkan kelompoknyalah yang terbaik. Hal tersebut adalah cikal bakal lahirnya fanatic golongan. Sedangkan fanatic terhadap golongan tak jauh berbeda dengan cara hidup manusia pada zaman dimana orang-orang hanya loyal terhadap suku atau kelompok saja.
Apalagi, percakapan-percakapan via medsos cenderung tertutup bahkan sangat rahasia. Yang dapat melihat percakapan tersebut hanya anggotanya.  Sedangkan  seseorang tak akan menjadi anggota grup jika tanpa persetujuan si admin. Artinya, si admin berpeluang hanya merekrut mereka yang pro dengan pikiran dan ide-idenya. Selain itu, mereka yang tak se’gaya’, tak se’pikiran’ dan tak se’ritme’ biasanya akan dikesampingkan.  
Lalu, bagaimana syariat memandang hal ini?  Islam merupakan agama yang menghendaki perdamaian dan persatuan. Sejak kemunculannya 14 abad yang lalu, ajaran ini telah menghapus sekat-sekat kelompok atau suku. Allah SWT telah menegaskan bahwa Dia tak membeda-bedakan antara manusia. Allah hanya melihat manusia dari sisi seberapa besar ketaqwaannya kepadaNya.
Dengan demikian, fanatic terhadap golongan sangat bertentangan dengan ajaran Islam karena cenderung mencerai-beraikan persatuan. Seorang muslim percaya bahwa hadirnya hal semacam ini (grup medsos) adalah peluang untuk silaturrahmi, berdakwah dan bermuamalah tanpa saling ghibah dan menyebarkan permusuhan terhadap kelompok yang berseberangan dengannya. Karena hal tersebut hanya akan memperlebar jurang permusuhan. Wallahu a’lam bisshawab.[] Fahru Rauzi

Kamis, 02 Februari 2017

Riba, Dosa Besar yang Mengerikan

Dosa bisa menggelapkan jiwa, menghitamkan hati, dan membinasakan diri kita. Dosa pula yang akan menerjang kita ke dasar jurang neraka di akhirat kelak.
Berbicara mengenai dosa, ada sebuah dosa yang sangat mengerikan. Dosa yang akan kita bicarakan itu tersebar dan terdapat di mana-mana, banyak dilanggar, sehingga banyak orang yang merasakannya bukan sebagai dosa lagi.
Dosa tersebut bernama riba. Mengenai haramnya riba ini, Allah Swt menyatakannya sendiri di dalam al-Quran surat al-baqarah ayat 275:
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Qs. Al-Baqarah: 275).
Sebelum berbicara lebih jauh tentang kengerian dari dosa riba, perlu kiranya diterangkan terlebih dahulu apa itu riba.
Dalam terminologi syariat Islam, riba diartikan dengan bertambahnya harta pokok tanpa adanya transaksi jual beli sehingga menjadikan hartanya bertambah dan berkembang. Maka setiap hutang yang diganti atau dibayar dengan nilai yang harganya lebih besar, maka perbuatan ini adalah riba yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Mengapa riba disebut sebagai dosa yang mengerikan? Inilah penjelasan dari Allah dan Rasul-Nya:

Pertama, orang yang berinteraksi dengan riba akan dibangkitkan oleh Allah pada hari kiamat kelak dalam keadaan seperti orang gila.
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila” (Qs. Al-Baqarah: 275).
Keika menafsirkan ayat ini, Ibnu Abbas berkata, “Orang yang memakan riba akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan gila lagi tercekik” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/40).
Imam Qatadah juga berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta riba akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan gila sebagai tanda bagi mereka agar diketahui para penghuni padang mahsyar lainnya kalau orang itu adalah orang yang makan harta riba” (Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi, hal. 53).

Kedua, Orang yang berinteraksi dengan riba akan disiksa oleh Allah dengan berenang di sungai darah dan mulutnya dilempari dengan bebatuan sehingga ia tidak mampu untuk keluar dari sungai tersebut.
Diriwayatkan dari Samuroh bin Jundub RA, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda menceritakan tentang siksaan Allah kepada para pemakan riba, bahwa ia akan berenang di sungai darah, sedangkan di tepi sungai ada seseorang (malaikat) yang di hadapannya terdapat bebatuan, setiap kali orang yang berenang dalam sungai darah hendak keluar darinya, lelaki yang berada di pinggir sungai tersebut segera melemparkan bebatuan ke dalam mulut orang tersebut, sehingga ia terdorong kembali ke tengah sungai, dan demikian  seterusnya” (HR. Bukhari II/734, no. 1979).
Ketiga, orang yang berinteraksi dengan riba dilaknat oleh Allah Swt dan Rasul-Nya.
Hal ini berdasarkan hadits shahih berikut ini: Dari Jabir RA, ia berkata: “Rasulullah Saw melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, dua saksinya dan penulisnya.” Beliau juga bersabda, “Mereka semua sama (kedudukannya dalam hal dosa) (HR. Muslim III/1219 no. 1598).
Keempat, memakan riba lebih buruk dosanya daripada berbuat zina sebanyak 36 kali.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw: “Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui bahwa yang didalamnya adalah hasil riba, dosanya itu lebih besar daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al-Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Kelima, paling ringannya dosa memakan riba seperti dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri.
Rasulullah Saw bersabda, “Riba itu memiliki 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa Hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya)
Itulah kengerian kalau berinteraksi dengan riba. Semoga Allah Swt senantiasa menunjukkan kita kepada jalan-Nya yang lurus, yang telah ditempuh oleh para pendahulu kita dari generasi salafus shaleh. Semoga kita terhindar dari berinteraksi dengan perbuatan riba. Amiin.[] Luqmanul Hakim, M.E.I