Senin, 14 November 2016

(Kesaksian Peserta Aksi Damai 411) Aksi Mulia dan Persatuan Ummat


Jakarta – 4 November 2016, kaum muslimin memenuhi kota Jakarta, mereka datang dari seluruh penjuru nusantara guna menuntut tegaknya keadilan terkait penghinaan Al-Qur’an yang dilakukan Ahok selaku gubernur DKI Jakarta di Pulau seribu. Peristiwa ini membangun kembali semangat persatuan ukhuwah diantara kaum muslimin, mereka datang tanpa dibayar, tapi seluruh peserta aksi bela islam yang datang Karena murni panggilan keimanan didalam hati mereka.
Pada aksi tersebut, kaum muslimin terlihat seperti satu tubuh dimana mereka saling melengkapi satu sama lain, saling berbagi. Muslimin Jakarta selaku tuan rumah menyiapkan segala kebutuhan makan dan tempat untuk menginap para tamu Allah dari berbagai daerah.
Selepas sholat jum’at, massa aksi damai telah mempersiapkan diri dan mulai bergerak serentak menuju lokasi titik berkumpul yang telah ditetapkan bersama yaitu Istana negara. Peserta aksi bela Islam melakukan longmarch bersama, walaupun dibawah komando Ormas masing-masing, akan tetapi tujuan dan maksud mereka sama yaitu menyerukan keadilan hukum di negeri ini tanpa pandang bulu. Massa mulai bejalan sambil membawa berbagai macam atribut aksinya, seperti stiker yang bertuliskan ungkapan tangkap dan penjarakan ahok, adili Ahok dan seterusnya. Dilengkapi dengan teriakan takbir yang membangkitkan semangat massa silih berganti bergema disepanjang jalan menuju Istana Negara.
Kerjasama antar peserta aksi terlihat saat mereka melihat media-media yang dianggap akan menjelek-jelekan Islam, mereka serentak menyuarakan kalimat bernada antisipasi yang nantinya akan merusak jalannya aksi umat Islam seperti “Hati-hati…hati-hati provokasi” kaum muslimin sadar bahwa tidak semua media yang meliput memihak ke Islam.
Menarik apa yang dikatakan salah satu orator di halaman masjid Istiqlal pada saat aksi telah selesai dibubarkan oleh kepolisian dengan menembakan gas air mata kearah massa, orator tersebut mengatakan bahwa berkumpulnya kita bukan karena faktor kepentingan kelompok tertentu, melainkan hanya memohon agar hukum yang berlaku di negeri ini ditegakkan, terkhusus bagi setiap penista Agama (Al-Qur’an).
Semoga dengan aksi ini menjadi momen perekat ukhuwa kaum muslimin dan menjadi sarana kebangkitan umat Islam. Dan mudah-mudahan semangat persatuan tidak hanya berhenti disini setelah aksi selesai. Akan tetapi terus terjaga dalam perjuangan menegakan hukum Allah di muka bumi ini.[] Muh. Zulfikar





















                

Pahlawan dan Penista



Tepat hari ini (Kamis, 10/11/2016), 71 tahun sudah berlalu sebuah peristiwa bagaimana perjuangan arek-arek suroboyo bersama Bung Tomo menghadapi tentara sekutu. Perjuangan mereka tersebut hingga kini selalu dikenang dari generasi ke generasi tanpa henti. Mereka dikenang dalam keberanian dan kesucian sang saka merah putih.


Berangkat dari peristiwa inilah  maka tanggal 10 November dijadikan sebagai hari pahlawan sebagai bentuk rasa hormat dan terima kasih atas jasa-jasa mereka. Pengorbanan dalam mempertahankan tanah air yang tercinta Indonesia.


Pahlawan Kini
Dulu pahlawan lahir ketika bangsa kolonial menjajah sebuah negeri. Kemudian di antara mereka ada yang berinisiatif mengumpulkan masyarakat, memberikan semangat dan motivasi untuk sama-sama berjuang dan berkorban dengan harta, jiwa, dan raganya untuk membela hak mereka dari penjajah. Sehingga dengan perjuangannya itu sejarah pun menulis nama mereka dengan tinta emas sebagai pahlawan negeri dalam menghadapi dan melawan penjajah.

Namun dewasa ini bagaimana dengan kondisi sekarang? Negeri kita sudah merdeka atas kedaulatan negara lain. Memiliki hak penuh dan kewenangan dalam menentukan arah tujuan negeri kedepan. Apakah dengan kondisi seperti sekarang ini tidak lagi melahirkan figur-figur kepahlawanan yang berani berkorban demi kebenaran? Apa kita tidak membutuhkan sosok-sosok seperti itu lagi? Tentu tidak. Selamanya kita terus membutuhkan figur-figur pahlawan dalam kehidupan kita.

Contoh terkecil adalah ayah ibu kita. Mereka adalah sosok pahlawan bagi anak-anaknya. Ibu yang mengandung kita sembilan bulan lamanya. Kemudian melahirkan kita dengan taruhan nyawa, dan menyapih kita selama dua tahun. Sosok ayah dengan keterbatasannya berusaha sekuat tenaga membanting tulang untuk menafkahi keluarganya. Setiap suapan yang masuk ke kerongkongan kita adalah lewat hasil cucuran keringatnya. Mereka berdua menjaga dan mendidik kita dari buaian sampai saat ini, tiada putus perhatian dan kasih sayang mereka pada kita. Merekalah bagian dari pahlawan kita saat ini.

Dalam lingkup yang lebih besar kita hidup bersosial dengan banyak manusia. Kita tentu memiliki para pemimpin di setiap levelnya. Mulai dari ketua RT, RW, Lurah, Camat, Walikota, Gubernur sampai presiden. Merekalah para pahlawan kita saat ini. Karena sejatinya mereka adalah pelayan, pengayom, pelindung kita semua sebagai rakyat mereka. Sejatinya mereka para pemimpin itu berjiwa pemberani, rela berkorban demi kebenaran layaknya para pahlawan terdahulu.

Namun sangat disayangkan dengan adanya pemimpin yang merusak citra sebagai pahlawan negeri. Dewasa ini ketika ada seorang pemimpin yang seharusnya menjadi pengayom, pendamai, dan pelindung bagi rakyatnya, tetapi malah meretakkan kerukunan beragama rakyat dengan menistakan kitab suci umat Islam. Yang seharusnya mereka rela berkorban jiwa dan raga demi kebenaran, tetapi malah menjadi pengkhianat kebenaran dan pelindung serta pembela pihak yang bersalah. Yang seharusnya mereka menjadi pelayan bagi rakyatnya, malah ngacir meninggalkan dan mecueki rakyatnya yang lagi membutuhkan dirinya.

Apa gerangan yang menimpa para pemimpin negeri ini? Sebagai figur-figur yang kita dambakan dan impikan. Malah menjadi figur-figur pengecut dan jauh dari sikap kepahlawanan. Jendral Sudirman, Bung Tomo, Teuku Umar, Pangeran Diponegoro dan lainnya. Sederet nama-nama tersebut tidak pernah mengajarkan sikap pengecut dan lari dari tanggung-jawab. Miris dan mengiris!



Mari Tentukan Sikap!
Problematika kita saat ini memang sedikit lebih pelik. Jikalau orang-orang dahulu bisa langsung menerka yang mana kawan dan yang mana lawan. Sehingga cepat menetukan sikap dan langkah.

Namun saat dibandingkan dengan zaman kekinian katanya, maka kita perlu ekstra hati-hati. Selain modal aqidah dan ilmu, kita harus pandai menganalisis problematika yang sedang dihadapi umat. Agar jangan sampai salah dalam menentukan sikap dan melangkah.Betapa banyaknya saudara-saudara kita yang muslim dan berilmu tinggi  namun malah menggembosi umat Islam dan membela orang-orang fasik, munafik, dan kafir. Mari buka mata, hati, dan pikiran. Untuk mengetahui siapa sebenarnya The real hero kita saat ini.[] Ibnu Husayn

{411}



Allahuakbar...Allahuakbar...
Pekikan takbir membahana di langit Jakarta
Bersatu menyuarakan keadilan di negeri tercinta
Ikatan persatuan dan persaudaraan sungguh terasa diantara kita
Berjibaku, bahu-membahu menuntut sang penista.
411...adalah  peristiwa penuh makna
Karena para pejuang sejati berkumpul di depan istana
Namun mengapa sang penguasa entah kemana...
Allahuakbar...Allahuakbar...
Saudaraku tercinta...sungguh perjuangan kita tak kan sia-sia
Karena kesyahidan adalah tujuan kita.
411 adalah peristiwa siang hingga malam yang menyatu dalam barisan, wariskan semangat kepahlawanan.
Saudaraku tercinta...
Kita dalam satu bangsa dan negara yang terlahir dari tetesan dara para pahlawan dan syuhada’
Maka pantaskah kita melupakan mereka?
Saudaraku tercinta...411 adalah satu diantara berjuta kuasa-Nya
Tak ada aktor politik yang menggerakkan seperti kata mereka, karena inilah kuasa-Nya
Wahai Penguasa negeri ini...
Apa yang engkau genggam saat ini akan sirna...
Tidakkah engkau menyadarinya ???


November Menanti Pahlawan Baru


10 November 1945 silam, Surabaya membara. Pasalnya, tentara sekutu (Inggris dan Belanda) dating kembali ke Indonesia setelah mengalahkan Jepang. Salah satu misi mereka adalah mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Padahal waktu itu, Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya dari segala bentuk penjajahan. Saat itu, sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman mengibarkan bendera merah-putih-biru (bendera Belanda) di hotel Yamato. Beberapa pemuda yang melihat hal tersebut tidak terima. Tiga orang dari mereka segera bertindak. Mereka menemui Mr. Ploegman agar menurunkan benderanya. Ploegman menolak, seorang pemuda bernama Sidik langsung mencekiknya hingga tewas. Sayangnya, Sidik juga meninggal karena ditembak oleh kawan-kawan Belanda Ploegman.
Kisah akhir dari sejarah ini adalah diserbunya hotel Yamato oleh para pemuda pemberani dan merobek bendera belanda menjadi merah-putih, bendera kebanggaan bangsa Indonesia. Begitulah gambaran keberanian pemuda Indonesia dalam mempertahankan Negara dari penjajahan setelah merdeka.a
Tak terasa, peristiwa itu terjadi 71 tahun lalu. Namun terus diperingati hingga sekarang. Itulah pahlawan, selalu dikenang dan didamba-dambakan. Bagaimanapun, pahlawan selalu lahir dimasa-masa genting. Ia hadir di saat semua orang memang berharap hadirnya pahlawan. Artinya,  Pahlawan adalah orang tepat yang hadir pada kondisi yang tepat dan dinanti-nantikan pula.

Tapi, sejarah memang selalu terulang. November kali ini seakan ‘open requirement’ pahlawan. Walau berbeda situasi, November menanti pahlawan baru dalam bidang ‘keadilan Hukum’. November telah membawa Ploegman baru dalam sosok Ahok. Seorang calon petahana yang telah menistakan agama. Kapolri sebenarnya adalah pihak yang paling berpeluang untuk menjadi pahlawan keadilan dengan memenjarakannya segera di bulan November ini. Namun, seperti kabar yang saat ini beredar, indikasi untuk meloloskan Ahok dari jeratan hukum begitu terasa. Jika benar demikian, berarti November rindu pahlawan keadilan dari kalangan rakyat biasa. Apakah  harapan November akan tercapai, atau hanya harapan sia-sia? Akan lahirkan Sidik baru November ini? Let’s see and wait!!![] Muh. Faruq

Bersama, Kita Bisa!!!


Jika anda senang menonton pertandingan sepakbola atau bola basket, atau pertandingan-pertandingan antar tim (bukan antar individu) yang lain, anda pasti paham bagaimana sebuah tim mencapai kemenangan. Perhatikan bagaimana sebuah gol tercipta. Berapa pemain yang terlibat, berapa waktu yang dibutuhkan dan berapa kali mereka gagal?.
            Bisa dipastikan jawaban anda sama dengan jawaban saya. Dalam dunia sepakbola atau basket, mencetak poin bukanlah pekerjaan seorang pemain saja. Bahkan, jikapun dalam sebuah pertandingan hanya seorang pemain yang mencetak hingga 3 gol (Hattrick), yakinlah bahwa gol yang ia ciptakan tidak murni hanya karena dia seorang. Perhatikan aliran bolanya kawan! Anda akan mendapati peran masing-masing pemain dalam proses mencetak poin/gol dan meraih kemenangan. Semua pemain terlibat dalam mencapai kemenangan tersebut. Bahkan seorang penjaga gawangpun terlibat. Bayangkan jika sang keeper meninggalkan posisi yang telah ditetapkan baginya, resiko kalah tentu akan besar.
            Kawan LDK STAIL, banyak orang yang ber-ekspektasi tinggi terhadap organisasi kita. Harapan besar para senior agar LDK STAIL menjadi organisasi yang diakui (seperti yang telah tercapai beberapa tahun lalu), tentu menjadi beban berat bagi kita. Jika ditelaah, harapan yang sedemikian besar tersebut akan sulit tercapai jika melihat kondisi LDK STAIL saat ini. Tapi, SULIT BUKAN BERARTI TIDAK BISA.
            Seperti sebuah tim sepakbola, kita mesti bekerja bersama dalam mencapai target tersebut. Setiap lini harus serius dan bertanggungjawab. Bahkan setiap individu LDK STAIL harus berperan dalam menciptakan kemajuan bagi organisasi. Kecerobohan oleh salah satu lini atau individu akan merusak seluruhnya. Seperti pepatah yang telah masyhur, ‘karena setitik nila, rusak susu sebelanga’. Tentu kita semua tak ingin menjadi nila tersebut.
Satukan Hati
Back to football. Dibanyak kesempatan ketika performa sebuah klub sedang anjlok, biasanya media mulai meracik isu-isu yang belum jelas. Bahkan bersifat analisa. Salah satunya dengan membeberkan hubungan pribadi antar pemain dalm satu klub. Hal seperti ini dikenal dengan istilah ‘suasana ruang ganti’.
            Ketika performa Real Madrid menurun misalnya, beredar kabar adanya perseteruan antara CR7 dan Bale, atau dengan pelatih. Seringkali seperti itu. Tampaknya, kabar seperti ini adalah kabar yang paling masuk akal untuk mencari ‘kambing hitam’ atas suatu kejadian sial yang dialami klub. Intinya adalah hubungan interpersonal memengaruhi hasil yang diperoleh oleh sebuah tim.
            Jika ditarik keranah organisasi, maka bisa dikatakan bahwa hubungan pribadi antar anggota organisasi akan mempengaruhi iklim organisasi yang berimplikasi pada hasil yang akan dicapai. Maka, untuk mencapai tujuan bersama, seluruh elemen LDK STAIL perlu menyatukan hati dengan tulus. Setiap pribadi LDK harus bersih dari sifat angkuh, sombong dan meremehkan anggota lain.
Apalagi, LDK adalah lembaga yang membawa nama dakwah. Artinya anggota LDK adalah aktivis Dakwah. Maka sikap saling menghargai antar organisasi adalah keharusan. Tak ada anggota yang lebih penting dari anggota lain. Setiap anggota punya hak memberi masukan dan kritik yang membangun. All members have a same right!!!

Wallahu a’lam bisshawab.

Rabu, 02 November 2016

Perkuat Peran LDK, MUI Jatim Gelar Mudzakarah Da,i

https://faruqtheopposition.files.wordpress.com/2016/10/wp-image-2016153840jpg.jpg
 Berangkat dari kondisi umat, khususnya mahasiswa muslim yang masih dangkal pemahaman ke-Islamannya, MUI Jatim mengundang seluruh Lembaga Dakwah Kampus Se-Jatim beserta ormas Islam untuk mengikuti acara Mudzakarah Da’i pada hari Sabtu 29 Oktober 2016 dengan tema “Peran Dakwah Kampus Dalam Mengembangkan Islam Washatiyyah”.
Acara yang diadakan di Masjid Ulul Azmi Kampus C UNAIR tersebut menghadirkan dua pengurus MUI Jatim sebagai narasumber. Yaitu Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng yang juga merupakan guru besar ITS sekaligus Rektor UNUSA dan Prof. Dr. Ali Aziz M. Yang juga guru besar UINSA Surabaya. Selain itu, acara tersebut juga dihadiri tokoh-tokoh MUI, seperti KH. Abdusshamad Buchari dan KH. Muhammad Navis.
Acara dimulai dengan presentasi oleh KH. Abdusshamad Buchari yang memaparkan kondisi umat dari zaman Rasulullah hingga kini. Salah satu yang menjadi perhatian adalah kondisi umat Islam saat ini. Utamanya tentang banyaknya hal-hal negatif dan menyesatkan yang mengepung umat, seperti aliran sesat, kelompok ekstrim dan kelompok liberal. Padahal menurut beliau, cara beragama yang benar adalah washatiyyah (Al-Baqarah 143).  
Selanjutnya, acara dilanjutkan oleh Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie yang menegaskan pentingnya peran dakwah kampus dalam mengembangkan Dakwah Wasathiyyah. Menurutnya, Dakwah Kampus sangat strategis untuk melahirkan generasi yang lurus aqidahnya dan juga menjadi benteng bagi pemikiran-pemikiran sesat yang menyerang kampus. Pasalnya, selama ini, banyak mahasiswa-mahasiswa muslim yang terjerumus pada pemikiran-pemikiran tersebut. Karena memang, mahasiswa adalah ‘agent of change’ dan ‘Future reserves’ sehingga menjadi incaran banyak pihak.
Sementara itu, Prof. Dr. Ali Aziz M.Ag berjanji MUI akan membimbing dan mewadahi aktivis LDK untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu lahirnya generasi yang bersatu dan lurus aqidahnya. Diharapkan, aktivis LDK benar-benar serius dan konsisten terhadap persatuan umat Islam.
Acara ‘Mudzakarah Da’i’ ini sendiri akan dilakukan secara rutin sebulan sekali hingga Mei 2017 dan akan dilakukan diberbagai tempat. Ini sudah menjadi komitmen MUI sebagai bentuk tanggung jawab ulama menjaga umat Islam agar tak tersesat./Muh Faruq Al-Mundzir